Pesawat Boeing 737-800 pertama Sriwijaya telah tiba pada dini hari Minggu 22 April 2012. Pesawat ex-Midwest Airlines ini terbang dari Cairo, Mesir, untuk bermalam di Dubai, lalu meneruskan penerbangannya ke Jakarta melalui Male, Maladewa.
Pesawat nomor seri 28591 (ex SU-MWD) tiba di Jakarta
CGK untuk beroperasi di Sriwijaya Air sebagai PK-CLA
Pesawat milik GECAS tersebut terbang pertama kali pada 11 Maret 1999 dan awalnya disewa oleh Istanbul Airlines sebagai TC-IAH, kemudian pindah ke Pegasus Airlines (Turki) sebagai TC-APY pada 19 Juni 2000. Selama di Pegasus Airlines, pesawat ini sempat juga disewa Khalifa Airways, dan pada 30 Mei 2007, pesawat ini meninggalkan Pegasus dan bergabung di armada Futura sebagai EC-KFB hingga Futura berhenti beroperasi pada 9 September 2008. Dari 30 Maret 2009 pesawat dioperasikan Axis Airways sebagai F-GZZA dari 30 Maret 2009 hingga maskapai tersebut pun gulung tikar pada 7 Desember 2009, dan baru menemuan tempat kerja lagi di Midwest Airlines of Egypt sebagai SU-MWD dari 10 Juni 2010 hingga akhirnya bergabung dengan Sriwijaya Air sekarang dengan registrasi PK-CLA.

Hari pertama SU-MWD/PK-CLA di
Jakarta – Berjemur di apron!
Delivery Flight ini sempat tertunda karena kendala paperwork and formality baik di sisi Indonesia maupun di sisi Mesir. Pesawat akan masuk ke hangar untuk melakukan C-Check, pengecetan ulang ke warna baru Sriwijaya Air, dan perubahan konfigurasi kabin menjadi 8 kursi kelas bisnis dan 168 kursi kelas ekonomi.





Sriwijaya Air akan menggunakan
colour scheme baru untuk semua
737-800 di armadanya.
Debut pelayanan 2-kelas Sriwijaya Air juga tertunda karena menunggu SU-MWD dan sebuah pesawat 737-500W ex-United/Continental yang sekarang tengah melakukan C-Check, pengecetan ulang, dan rekonfigurasi kabin juga dengan 8 kursi kelas bisnis. Beberapa pesawat Sriwijaya Air pun sudah direkonfigurasi dengan 8 kursi kelas bisnis meskipun pelayanan 2-kelas ini belum di launch secara formal. Menurut situs CH-Aviation, selain SU-MWD, Sriwijaya Air dikabarkan akan  menyewa 2 737-800 yang sekarang terbang di TUIfly Jerman, namun belum ada kabar kapan kedua pesawat tersebut akan tiba di Indonesia karena masih menerbangkan jadwal TUIfly hingga saat artikel ini ditulis.

Beberapa pesawat Sriwijaya Air sudah dimuat 8 kursi kelas bisnis
sebelum layanan 2-kelas di launching.
Industri airline di Indonesia terus berkembang namun dengan peningkatan kapasitas yang makin cepat, para pemain harus meningkatkan differentiation brand mereka terutama dari segi pelayanan. Airline-airline Indonesia sadar bahwa mereka tidak bisa terus menerus berkompetisi dengan jadwal dan harga yang mirip satu sama lain, apalagi dengan meningkatnya biaya bahan bakar. Garuda memilih untuk fokus dengan segment atas sekaligus membangun kembali Citilink untuk menyerbu segment bawah. Raksasa low-fare Indonesia, Lion Air sepertinya menyerah untuk melakukan layanan 2 kelas dan memilih untuk membuat unit bisnis terpisah untuk melayani segment atas dengan Space Jet yang dikabarkan telah berubah nama menjadi Batik Air. Sriwijaya Air sendiri selama ini menikmati kue segment menengah, namun segment tersebut harus dibagi dengan Batavia Air yang telah mulai menggunakan armada Airbus A330nya ke Arab Saudi dan beberapa kota tujuan di dalam negeri, dan baru saja mengumumkan penundaan launching rute ke Tokyo Haneda dengan alasan biaya bahan bakar yang mahal.

Daripada buru-buru memilih strategi berikutnya, Sriwijaya pelan-pelan memformulasikan strategi untuk terus mendominasi segment tengahnya dalam dua tahun terakhir. Dengan mulai tiba nya pesawat yang dibutuhkan untuk menjalani strategi barunya ini, tentunya transformasi di airline tradisional ini sangat menarik untuk kita ikuti bersama.

Leave a Reply