Hidung penyok PK-GEM
dari:
 http://yfrog.com/ocpzbobj   
Pesawat Boeing 737-800 Garuda Indonesia PK-GEM dengan nomor penerbangan GA550 sedang melakukan approach ke Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya ketika menabrak seekor elang. Pesawat mendarat dengan selamat.

Elang dengan berat 1 kilogram tersebut tewas seketika dan kemudian ditemukan dan dibawa ke bandara. Kerusakan pada pesawat terbatas pada radome di hidung. Penumpang didalam pesawat sempat mendengar bunyi dentuman kecil dan tidak sadar bahwa mereka telah menabrak sang elang yang malang tersebut.


Liputan Borneo TV di bandara PKY
Hingga jam 1500, pesawat masih diperbaiki dan akhirnya berangkat pukul 0630 di hari Minggu sebagai ferry flight. Beberapa penumpang kecewa karena keputusan yang diambil membuat mereka menunggu seharian di bandara hanya untuk akhirnya dibatalkan. Dikabarkan penundaan yang lebih dari 3 jam yang awalnya dinyatakan dibutuhkan untuk perbaikan, diakibatkan ditemukan lubang di radome (namun sepertinya alasan sebenarnya adalah keharusan menunggu ijin/approval untuk penerbangan setelah perbaikan yang dilakukan). 

Penumpang kemudian diberikan pilihan untuk bermalam di Palangkaraya, di-refund, atau diterbangkan dengan maskapai lain, atau terbang dari Banjarmasin.

Dalam insiden mitos versus realita, si elang nyata versu burung elang raksasa legenda mitos Hindu, kedua burung tersebut kalah. Yang sedikit menggangu saya adalah kejadian ini merupakan kejadian apes kedua kalinya dalam waktu 7 hari. Akhir minggu lalu, sebuah kontainer bagasi milik airline lain, menabrak sebuah pesawat Boeing 737-800 Garuda di Singapura.

Speed tape dan duct tape?
Di liputan BorneoTV, penyok hidung pesawat yang terlihat di foto awal artikel ini, telah hilang, dan speed tape atau duct tape digunakan di area-area yang cetnya terkelupas dari tabrakan. Jika sebuah birdstrike tidak mengakibatkan penyok pada radome pesawat, tidak ada perbaikan yang butuh dilakukan (namun ya, sensor pitot static sytem pesawat tentunya harus diperiksa untuk membersihkah sisa-sisa dari burung yang ditabrak yang mungkin menyumbat sensor-sensor tersebut). Nah, apakah perbaikannya hanya sekedar me-ngetok radome ke bentuk semula?

Namun sebelum ada yang teriak “Wah! Ini ngawur dan berbahaya!”, ingat, pesawatnya diterbangkan balik ke Jakarta sebagai ferry flight tanpa penumpang, agar perbaikan lebih lanjut bisa dilakukan di Jakarta karena tidak bisa dikerjakan di Palangkaraya.
Hasil perbaikan di lapangan
Foto-foto diambil dari “Protespublik/yfrog.com” dan BorneoTV.

Leave a Reply