Catatan: Updated 0010WIB (warna biru)

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar hari ini ketinggalan pesawat Garuda yang akan membawanya ke Yogyakarta karena tiba di bandara hanya 5 menit sebelum jadwal keberangkatan. Selain itu, menurut artikel dari situs Aviatren.com, beliau juga meminta kepada Menteri BUMN, Rini Soemarno untuk mengganti jajaran direksi Garuda Indonesia.

AviaTren-MarwanJafarDitinggalPesawat
Artikel di Aviatren.com mengenai kejadian kemarin.

Biasanya saya melihat berita seperti ini saya cuman berkata dalam diri, “ah biasa, pejabat merasa jadi penguasa,” tetapi melihat portofolio pak Marwan Jafar yaitu “Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,” saya hanya bisa teriak, “WOW! Sungguh luar biasa!”

Telat datang ke Bandara

Sebagai seorang menteri yang mengurus “Daerah Tertinggal” seharusnya beliau bisa merepresentasikan disiplin daerah yang tidak tertinggal, yaitu datang on-time, dan bahwa pejabat bukanlah penguasa tetapi pelayan masyarakat. Lha, memang beliau tidak datang on-time? Berikut kutipannya:

Sementara menurut situs Tempo, Marwan dijadwalkan hadir di acara seminar pada pukul 09.00, tapi dia baru muncul pada pukul 13.15. Semestinya Marwan terbang dari Jakarta menuju Yogyakarta dengan pesawat Garuda pada pukul 08.05.

Namun, Marwan baru sampai di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 08.00. “Sebenarnya masih bisa mengejar, karena tidak butuh lima menit untuk menuju ke pesawat dengan pakai mobil bandara, tapi tidak diperbolehkan,” katanya.

Sepertinya menteri yang satu ini harus diberi pencerahan mengenai arti dari jam keberangkatan. Banyak prosedur² yang harus dilakukan oleh tim dari maskapai dalam menyiapkan sebuah penerbangan. Itulah kenapa check-in ditutup 45 menit sebelum jam keberangkatan dan kita diminta untuk berada di boarding gate 15 – 30 menit sebelum jam keberangkatan seperti yang tertera pada boarding pass.

“Cukup 5 menit untuk ke pesawat”

Lebih menggelikan lagi beliau mengatakan tidak butuh 5 menit untuk menuju ke pesawat (jika) dengan pakai mobil bandara.” Yakin Pak? Silahkan protes ke pak MenHub juga, jangan cuman Menteri BUMN. Sepertinya pak Marwan tidak mengerti mengenai prosedur keamanan penerbangan? Apakah beliau tidak appreciate atas langkah² Kementerian Perhubungan dalam meningkatkan keamanan penerbangan? Mungkin ada bagusnya bilamana pak Marwan Jafar membaca PM 127/2015 mengenai Program Keamanan Penerbangan Nasional, khususnya pasal 6.5.3:

Pengecualian Pemeriksaan Keamanan: Presiden dan Wakil Presiden atau tamu negara yang setingkat, dikecualikan dari Pemeriksaan Keamanan.

Ma’af, menteri, tetap harus melalui proses pemeriksaan keamanan, dan bilamana tidak ada fasilitas khusus yang terpisah, maka menteri-pun harus melalui security check-point biasa yang digunakan penumpang lainnya. Proses dari tiba di check-in hingga tiba di boarding gate pun tentunya memakan waktu lebih dari 5 menit.

Jika pak Marwan tidak setuju, beliau seharusnya protes kepada pak Jonan sebagai Menhub karena Menhub tidak mau ada pengecualian selain peraturan yang berlaku. Sulitnya penerapan PM 127/2015 bagi pejabat saja sampai membuat Menhub seakan marah ketika menulis ke jajarannya minggu kemarin (dan mungkin lupa bahwa beliau sudah membuat PM 127/2015):

agar dibuat PM Menteri atau Instruksi Menteri bahwa semua manusia yang masuk ke area check in dan area boarding di Bandara harus diperiksa sesuai prosedur TANPA TERKECUALI TERMASUK AIR CREW DAN PROTOKOL SERTA VVIP DAN PEGAWAI DGN PASS KHUSUS.

Pelanggaran thd hal ini akan berakibat pembebastugasan, bagaimana kalau AP? ya saya rekomendasi direksinya utk diganti dan PSC akan saya potong sampai habis.

Lantas bilamana pak Marwan mendapatkan pengecualian lalu Passenger Service Charge bandara yang merupakan pendapatan signifikan bagi Bandara dipotong bahkan dihabiskan, apakah mau pak Marwan mengganti kerugiannya?

Setelah telat, masih juga terkena hambatan

Setelah ditinggal pesawat, ternyata omelan pak Marwan juga tidak berhenti.

Marwan lalu mendapatkan jatah penerbangan pada pukul 10.00. Namun, jadwal penerbangan pesawatnya mundur satu setengah jam karena delay.

Kita tidak mungkin tahu kenapa pesawat ini mengalami delay. Flight pak Marwan yang dijadwalkan berangkat jam 1000WIB adalah GIA206 yang dioperasikan PK-GFO. PK-GFO sebelumnya terbang dari Palu menuju bandara Soekarno-Hatta dan tiba pada pukul 0845 pagi. Ada kemungkinan kapten penerbangan memutuskan untuk menunda keberangkatan karena padatnya latihan pagi oleh TNI-AU di bandara Adi Sucipto Yogyakarta, atau bahkan bisa terjadi permintaan penundaan penerbangan oleh pihak TNI-AU. NOTAMnya pun ada sejak tahun 2004 mengenai kepadatan latihan TNI-AU di Yogyakarta. Pihak Garuda menjelaskan bahwa pesawat yang seharusnya menerbangkan GIA206 adalah PK-GEH namun karena terdapat masalah teknis di saat² persiapan penerbangan dan perbaikannya akan mengambil waktu cukup lama, maka penerbangan tersebut dialihkan ke PK-GFO. Tentunya proses ini memakan waktu.

Marwan mengeluh karena selama menunggu delay pesawat, tidak ada kompensasi bagi dia dan penumpang lain, seperti sekadar makanan ringan.

Keterlambatan 30 hingga 90 menit memang harus diberikan makanan ringan, tetapi apakah kita tahu lokasi pak Marwan berada antara jam 1000 hingga waktu boarding? Bilamana beliau menunggu di lounge Garuda, ya disana sudah disediakan makanan ringan yang bersifat freeflow. Saya berharap beliau mau mengadukan hal ini ke MenHub biar jelas permasalahannya.

“Sebelum turun (landing) juga masih muter-muter (holding) dulu selama setengah jam,” katanya.

Sungguh kasihan pak Marwan sepertinya pagi itu deritanya bertubi-tubi. Tetapi kalau dilihat, memang pada saat kedatangan pesawat beliau, aktifitas penerbangan latihan TNI-AU memang sedang padat sekali.

MarwanJafarTertinggal-2
Aktifitas pesawat TNI-AU yang memiliki ADS-B pada saat kedatangan GIA206 tanggal 24 Februari 2016.

Grafik diatas bukan total keseluruhan dari pesawat TNI-AU yang ada tetapi hanya yang memiliki ADS-B. Mungkin ada beberapa lagi.

Kesimpulan:  Antara RÉVOLUSI MÉNTAL dan RÉVOLUSI MÈNTAL

Presiden Jokowi dengan mantra Revolusi Mental tentu akan kecewa dengan kasus ini! Semua orang selalu teriak ingin perubahan, tetapi berapa yang mau berubah?

Whowantstochange
Kartun mengenai perubahan mengenai omongan lawan aksi.

Disinilah terkadang beda antara RÉVOLUSI MÉNTAL dan RÉVOLUSI MÈNTAL beda tipis. Disinilah dimana antara É dan È menghasilkan “sama kata beda lafal menghasilkan makna yang beda jauh.”

Di benak pikiran saya, saya masih penasaran, coba kalau pak Marwan naik Lion Air lalu ditinggal, apakah beliau akan meminta direksi Lion diganti? Berani tidak beliau ke Rusdi Kirana mengeluh masalah ditinggal pesawat karena telat datang ke bandara? Soalnya Marwan Jafar adalah kader PKB dan Rusdi Kirana adalah wakil ketua PKB serta anggota WanTimPres. Sungguh penasaran…

Minta direksi Garuda diganti? Ma’af pak Marwan, seharusnya anda berterima kasih bahwa maskapai lebih mementingkan nyawa anda dan penumpang² lainnya dibanding memilih untuk mengabaikan keselamatan dan menerbangankan anda dengan pesawat yang rusak pada saat itu.

Saya ingin menutup artikel ini dengan 1 tweet dari Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, yang memberikan kita semua harapan bahwa révolusi méntal di pemerintahan belum dikalahkan oleh révolusi mèntal:

Terlambat karena telat datang ya tinggalkan saja… mungkin ada baiknya mereka yang pembangunannya tertinggal, mendapatkan menteri baru yang tidak telat.

Leave a Reply