Di musim hujan, apalagi dekat² dengan Imlek, biasanya cuaca memang kurang nyaman untuk terbang di sekitar Jakarta. Awan² tebal disertai hujan lebat dan petir bisa nongkrong di dekat atau diatas bandara dan mengakibatkan delay berjamaah dikarenakan banyak pesawat yang holding menunggu cuaca membaik, atau divert karena memilih untuk menunggu di darat daripada beresiko kehabisan bahan bakar diatas. Imbasnya kondisi seperti ini, delay dan pembatalan akan menumpuk.

Jakarta20160124-1325UC
Cuaca buruk mengakibatkan pesawat holding, dan divert.

Penumpang yang terlena akibat masalah² ini bisa mencapai ribuan dan ketika sudah boarding setelah telat entah berapa jam, sebagian besar penumpang lega bahwa akhirnya mereka bisa berangkat juga. , namun biasanya ada beberapa yang masih marah dan menyalahi apa saja yang bisa disalahin, dan sering kali yang kena limpahan amarah selain ground staff adalah, awak kabin.

Awak kabin seringkali menjadi sasaran empuk amarah atau frustrasi penumpang yang terkena delay. Ocehan penumpang pun bermacam-macam, dari, “Mbak, gimana sih kok telat? Kita kan capek nunggu,” atau, “udah delay, masih senyum² sok cantik aja,” bahkan hingga “pokoknya saya nggak mau tau, saya udah capek saya mau duduknya disini! Orang lain mau duduk disini anda yang selesaiin aja! Saya capek!” Contoh² tadi hanya sebagian dari yang saya pernah dengar dari cerita teman² saya yang bekerja sebagai awak kabin, dan juga yang pernah saya lihat dengan mata sendiri.

Logika minoritas penumpang yang melampiaskan amarahnya atau frustrasinya kepada awak kabin biasanya beralasan karena mereka sudah dikecewakan maka menurut mereka wajar bilamana mereka berperilaku seperti itu. Tunggu dulu… anda pikir anda saja yang sengsara? Kalau anda telat sampai tujuan artinya mereka juga telat sampai tempat tidur untuk istirahat, sedangkan bisa saja masih ada beberapa flight lagi sebelum bisa istirahat.

Banyak yang tidak tahu mengenai betapa beratnya hidup awak kabin, karena kita terbiasa di-jejeli dengan gombalan² kemewahan atau glamor kehidupan mereka. Banyak yang tidak tahu betapa letihnya mereka setelah selesai hari kerja, atau betapa kacau kehidupan pribadi mereka karena nyawa tergantung crew scheduling.

Saya bisa cerita beribu-ribu kata mengenai ini, namun saya rasa anda akan bosan jika saya tulis semua disini. Namun ada beberapa realita kehidupan mereka yang seputar kondisi keterlambatan dan/atau pembatalan penerbangan beruntun yang saya harap bisa membuat anda lebih sabar dan tenang bilamana terkena apes delay yang cukup panjang.

Mereka tidak dibayar selama pesawat tidak terbang!

Diluar gaji dan tunjangan bulanan, awak kabin hanya dibayar ketika mereka terbang. Selama mereka tidak terbang, di waktu yang termakan delay dan lain², mereka tidak dibayar. Mereka terhitung mulai dinas 1 jam sebelum penerbangan (domestik, 1 ¹/₂ jam untuk internasional), hingga ¹/₂ – 1 jam setelah penerbangan mereka terakhir, tetapi mereka hanya dibayar ketika terbang. Jadi waktu dinas yang mungkin 12 jam di hari itu, mereka bisa hanya dibayar untuk 6 jam terbang. Sisa waktunya pun bukan menganggur, tetapi digunakan untuk bersih² pesawat, mempersiapkan bantal dan selimut, memeriksa peralatan keselamatan sebelum setiap flight seperti seat belt dan lifevest di setiap kursi, slide evakuasi di setiap pintu, dan lain².

Ketika semua itu sudah selesai dan pesawat sedang delay, mereka pun akan menghabiskan waktunya memperbaiki dandanan mereka, dan bila cuaca buruk selagi di darat, seperti anda mereka pun harus menunggu proses boarding dimulai, yang bisa tiba² saja terjadi. Ketika cuaca buruk pun, kadang mereka bisa tidak sempat makan karena menunggu kabar perubahan cuaca karena mereka tidak mau anda kena delay lebih dari yang diharuskan. Kalau tiba² cuaca baik lalu penumpang tahu pesawat mereka belum bisa berangkat karena mereka sedang pergi makan, pasti kabarnya bisa heboh di media massa dan media sosial.

KLFAtired
Menunggu, menunggu, dan menunggu…

Ketika sudah mulai boarding pun, seperti ketika mereka menyambut anda selagi boarding, mereka tidak dibayar. Awak kabin yang membantu anda mencari tempat overhead rack yang kosong untuk tas anda, melakukan hal tersebut tanpa dibayar. Argo mereka tidak jalan sebelum pesawat mulai bergerak. Jadi jelaslah, delay dan cancellation itu juga memberatkan mereka, tidak hanya anda sebagai penumpang.

Jadwal mereka bisa diubah setiap saat

Begitu mereka mulai bekerja, mereka bisa dipindah-pindah, diacak-acak jadwalnya sampai mati atau sampai chaos akibat delay berjamaah tersebut mereda. Crew yang sedang on-duty jadwalnya bisa diubah-ubah dari rencana semula demi membersihkan efek delay. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS, atau dikenal sebagai Civil Aviation Safety Regulation / CASR) Indonesia memperbolehkan awak kabin kerja hingga 16 jam sehari selama mereka bisa mendapatkan minimal 8 jam istirahat (di rumah, hotel atau mess). Setelah terbang selama 6 hari berturut turut mereka diharuskan istirahat selama minimal 24 jam. Istirahat 24 jam ini belum tentu artinya mereka bisa pulang kerumah… dan di jam ke 25, mereka bisa² sudah harus terbang lagi. Kalau lagi kacau begini, bagaimana bisa mereka memberi tahu keluarganya kapan mereka bisa pulang.

Jadwal hari liburpun bisa berubah

Bayangkan misalnya pada sebuah long weekend seperti Imlek, terjadi gangguan cuaca atau operasional lainnya yang cukup parah dan sudah merembet merusak sebagian besar jadwal yang ada mengakibatkan banyak awak kabin yang akan kehabisan jam. Jika ini terjadi dikota yang tidak ada cadangan awak kabin, terpaksa penerbangannya dibatalkan atau ditunda menunggu awak kabin baru bisa diterbangkan ke kota tersebut atau awak kabin yang ada diistirahatkan sesuai ketentuan yang berlaku. Di kota yang ada crew base, maskapai bisa saja menggunakan crew yang sedang nyerep alias standby di bandara untuk hal² seperti ini, ketika yang nyerep sudah habis, maka yang standby dirumah ditelpon untuk segera ke bandara.

Hal yang paling susah bagi semua pihak adalah, bagaimana jika crew yang standby pun sudah habis? Di kasus seperti ini yang sedang libur pun bisa dipanggil untuk terbang (selama mereka tidak terbang 6 hari berturut-turut sebelumnya). Jika ini terjadi, awak kabin yang mengangkat telponnya bisa² langsung harus bergegas ke bandara meskipun itu hari liburnya, kenapa? Dalam suasana genting, semua pihak diminta untuk membantu, jika tidak (menolak perintah terbang), bisa2 Surat Peringatan diluncurkan besoknya.

Ulang tahun, anniversary, acara sekolah anak, semua bisa libas jika maskapai sedang kewalahan menanangi gangguan operasional. Jika tiba² ada beberapa awak kabin yang menulis di Facebook-nya atau status chatnya, “MALES ANGKAT TELPON” atau kode² yang mirip, bisa jadi artinya lagi ada crew scheduling maskapai mereka yang kehabisan crew.

TiredFA
Reschedule, tambah hari, dan lain-lain bisa membuat hidup awak kabin berantakan total.
Sebelum anda melampiaskan keluh kesal anda… Ingat…

Jadi lain kali anda terkena cuaca buruk dan penerbangan anda terlambat, lalu anda melihat ada awak kabin yang kelihatan letih sekali atau sedih, bisa saja awak kabin tersebut sudah beberapa hari terbang dengan jadwal yang diubah-ubah. Kalau sampai seragamnya kelihatan lusuh, bisa jadi karena ia kena minimum rest beberapa kali sehingga sudah kehabisan seragam yang ia bawa. Kalau raut mukanya sedih atau dan kelihatan seperti sedang memikirkan sesuatu, mungkin saja dia sedang sedih tidak jadi pergi nonton film sama anaknya meskipun sudah dijanjikan beberapa minggu sebelumnya. Dan mereka lakukan itu semua, demi anda sebagai penumpang, agar anda bisa sampai bandara tujuan dengan selamat dan senyaman mungkin.

Oh ya, masalah kehabisan crew ini bukan cuman masalah di LCC seperti persepsi orang. Ini masalah bisa terjadi dimana saja di tipe maskapai apa saja, baik maskapai yang dianggap “abal²” dan maskapai bonafit.

Leave a Reply