Akhir² ini kita sering mendengar masalah “maling bagasi” pesawat, dan bahwa aksi maling ini sudah lama terjadi di Indonesia namun baru sekarang diungkapkan secara besar-besaran. Walaupun sedang heboh, permasalahan pencurian bagasi di Indonesia ini sepertinya belum separah di negara² lain.

Pencurian barang² berharga bisa dilakukan oleh oknum baggage handler atau porter bagasi, dan juga bisa melibatkan oknum kemanan bandara Avsec (Aviation Security) bandara. Sebelum anda teriak² “Kok Indonesia begini sih sampe Avsec ikut²? Mau ngeclaim juga susah dan ribet!”,  jangan lupa bahwa masalah dan modus operandi pencurian bagasi di negara² lain juga sama.

Pencurian bagasi diluar negeri tidak terbatas pada beberapa bandara saja. Tentunya bandara² besar seperti OR Tambo di Johannesburg, Guarulhos di Sao Paulo, Charles de Gaulle di Paris, dan lain² menjadi incaran tikus² bagasi. Namun, seperti bandara Kuala Namu Medan dan Ahmad Yani Semarang yang belum lama ini juga terkuak kasus tikus² bagasi, bandara² ukuran menengah pun tidak luput, dari Bandara Norfolk Virginia hingga Kahului di Hawaii, di Amerika Serikat.

Antara tahun 2010 dan 2014, badan keamanan transportasi di Amerika Serikat, Transportation Security Administration, telah mengeluarkan ganti rugi sekitar 3 juta Dolar AS untuk kasus² pencurian bagasi dimana diduga melibatkan oknum personil TSA. Klaim pencurian yang melibatkan oknum TSA paling banyak terjadi di New York JFK dan Los Angeles International. Kedua bandara tersebut sudah terkenal dari tahun 1970-an mengenai mafia kriminal yang merajalela di banyak aspek pengoperasian bandara. Nilai pencurian bagasi Bandara Los Angeles International diperkirakan mencapai 40 juta Dolar AS per tahun dari 2004 hingga 2011 dan mengalami peningkatan pencurian bagasi sekitar 37% di tahun 2013!

Kesimpulan dari ini adalah, persepsi kita terhadap permasalah² penerbangan Indonesia terkarang terperangkap pemikiran insuler, baik dari segi persepsi, maupun self-discrimination atau self-loathing yang kerap terjadi di bangsa kita sendiri (semacam xenophilia lebay). Akibat dari ini, maka reaksi² unsur² bangsa pun ber-resiko menjadi tidak masuk akal.

Masalah maling bagasi memang harus diselesaikan. Namun jika anda berfikir masalah di Indonesia ini parah banget, anda keliru besar! Disini masih receh bos!

Baca juga: Baggage Wrap bukanlah solusi efektif mencegah kemalingan bagasi!

Leave a Reply