Mulai 25 Maret, Amerika Serikat memberlakukan ketentuan keamanan baru untuk penerbangan dari Timur Tengah ke negaranya. Bandara-bandara yang dimaksud adalah:

  • Cairo (CAI/HECA)
  • Amman (AMM/OJAI)
  • Kuwait (KWI/OKBK)
  • Casablanca (CMN/GMMN)
  • Doha (DOH/OTHH)
  • Riyadh (RUH/OERK)
  • Jeddah (JED/OEJN)
  • Istanbul (IST/LTBA)
  • Abu Dhabi (AUH/OMAA)
  • Dubai (DXB/OMDB)

Beberapa hari kemudian, Inggris mengeluarkan peraturan yang sama untuk penerbangan ke Inggris, namun dengan daftar yang berbeda:

  • Semua bandara di Tunisia
  • Semua bandara di Turki
  • Semua bandara di Mesir
  • Semua bandara di Libanon
  • Semua bandara di Yordania
  • Semua bandara di Saudi Arabia

Larangannya mencantumkan bahwa penumpang dilarang membawa perangkat elektronika dalam kabin pesawat kecuali smartphone. Tablet, phablet, laptop, headphones besar, dan peralatan elektronika lainnya harus dimasukkan dalam bagasi terdaftar (checked baggage). Penumpang connecting flight, juga kena larangan ini. Untuk Inggris, larangannya berlaku di semua maskapai yang menerbangkan rute antara Inggris dan negara-negara tersebut.

Tentunya, larangan-larangan ini membawa kontroversi. Pemerintah Inggris mengakui hal tersebut:

“We understand the frustration that these measures may cause and we are working with the aviation industry to minimise any impact.” (Menteri Perhubungan Inggris, Chris Grayling)

Reaksi penumpang dan publik rata-rata sama, yaitu sebel dengan peraturan baru ini. Namun yang untuk adalah reaksi dari maskapai-maskapai dan dari industri penerbangan sendiri.

Kontroversi dan pengecualian bagi awak pesawat

Pada awal-awalnya, banyak yang khawatir karena banyak maskapai yang menggunakan laptop/tablet sebagai electronic flight bag (untuk membantu persiapan penerbangan), atau cabin service tool untuk awak kabin, belum lagi tablet sebagai Inflight Entertainment yang disediakan maskapai untuk penumpang-penumpang tertentu. Untungnya, awak pesawat masih diperbolehkan membawa gadgets mereka ke dalam kabin. Namun ini membawa kontroversi sendiri, karena asal usul larangan ini adalah karena potensi kelemahan pemeriksaan barang bawaan penumpang di bandara, dimana bom bisa dimasukkan dalam bentuk laptop, dan kejadian pada kasus Dallo Airlines di Somalia, staff bandara menyelundupkan bom berupa laptop kedalam bandara untuk diberikan penumpang yang bersekongkol. Kontroversinya, kan mungkin saja awak pesawat bersekongkol.

Kontroversi lainnya adalah permasalahan baterai Lithium-Ion. Baterai Lithium-ion berpotensi terbakar dan tidak bisa dimatikan dengan sistim pemadam dalam ruang bagasi pesawat karena cara memadamkannya adalah dengan mencelup baterai ke air atau es untuk mendinginkannya. Dengan larangan ini, maka, secara tidak langsung, banyak bom-bom kecil berupa baterai lithium-ion yang dimasukkan ke bagasi yang tidak bisa dipadamkan kalau terbakar! Pintar sekali solusi ini! Lalu kalau bom bisa diselundupkan masuk ke bandara, peraturan ini tidak bisa mencegah bom dalam laptop dimasukkan dalam bagasi pesawat menuju ke AS atau Inggris.

Langkah yang tepat yang pernah diambil pemerintah Inggris mengenai kelemahan ini terjadi tidak lama setelah kasus pesawat Metrojet meledak di gurun Sinai, dimana kecurigaan terhadal persekongkolan staff bandara dengan teroris, menghasilkan kebijakan sementara dimana di maskapai Inggris tidak ada yang mau menaikkan bagasi dari bandara Sharm-El-Sheikh (bagasinya diangkut ke bandara lain untuk dilakukan screening ulang sebelum dikiri).

Reaksi Maskapai: Beri Layanan Baru!

Ancaman ini nyata, namun sayangnya, penanganannya sepertinya dibuat terlalu tergesa-gesa, sehingga mengakibatkan banyak yang “salah kaprah” bagi penumpang yang melakukan connecting flight ke penerbangan menuju Inggris dan Amerika Serikat, dimana banyak yang keberatan jika laptop harus dimasukan bagasi dari bandara keberangkatan.

Pihak maskapai tentu tidak tinggal diam dengan larangan ini yang mengganggu kenyamanan penumpang, maka mereka mencari cara-cara yang membantu penumpang tanpa melanggar larangan tersebut.

Untuk penumpang connecting, diperbolehkan menggunakan laptop dan gadget mereka hingga saat boarding, dimana ada layanan penitipan barang-barang elektronik mereka, dimana barang-barang tersebut akan diletakkan di tempat khusus di ruang bagasi, dan akan diserahkan kembali ke penumpang setelah sampai di tujuan. Tentu ini akan jauh lebih aman dibanding laptop berharga kita dimasukan ke checked baggage biasa!

Mari kita lihat reaksi beberapa maskapai:

Emirates Airlines

Reaksi awal Emirates Airlines menurut saya agak mengecewakan, namun memang larangan ini cukup mendadak. Reaksi Emirates berawal dengan menepis masalah ini dengan hal berikut:

Penitipan barang-barang elektronika

Namun, dengan banyaknya penumpang yang khawatir akan keamanan barang-barang elektronik mereka, akhirnya Emirates membuka layanan penitipan:

Emirates menjelaskan bahwa penerbangan ke Amerika Serikat dari Dubai melalui Athena dan Milan tidak kena larangan barang elektronik tersebut. Bagi penerbangan yang lain menuju Amerika Serikat, penumpang yang transit atau connecting di Dubai diperbolehkan menggunakan peralatan elektronik mereka hingga saat sebelum boarding. Di boarding gate penumpang diminta untuk menyerahkan peralatan elektronik mereka yang tidak boleh masuk ke kabin, yang diletakkan di kontainer khusus di ruang bagasi, tidak dicampur dengan bagasi lainnya dalam kontainer tersebut. Ini demi keamanan barang-barang tersebut dari pencurian.

Peminjaman Laptop/Tablet

Layanan ini masih dalam pertimbangan di Emirates Airlines

Etihad Airways

Etihad Airways menyediakan 2 layanan:

Penitipan barang-barang elektronik

Bagi penumpang yang transit di Abu Dhabi, Etihad Airways menyediakan layanan penitipan yang ditempatkan sebelum titik pre-clearance imigrasi Amerika Serikat di bandara. Barang-barang tersebut akan disimpan menggunakan kotak khusus untuk diletakkan di ruang bagasi.

Peminjaman iPad dan WiFi gratis untuk First Class dan Business Class

Layanan ini mulai diselenggarakan pada 2 April 2017.

Qatar Airways

Seperti maskapai lainnya, reaksi awal Qatar Airways lebih mengarahkan penumpang untuk tidak terlalu memikirkan larangan yang berlaku dan menghibur diri dengan In-Flight Entertainment system yang ada.

Tentunya, banyak yang tidak mau dipaksa hanya menonton IFE pesawat ketika terbang selama 15 jam. Maka Qatar Airways mengingatkan, apa yang bisa dilakukan selama 15 jam dipesawat, mungkin karena kita semua sudah lupa bahwa ada kehidupan diluar dunia maya kita.

Namun, selain ini, akhirnya Qatar Airways mengeluarkan layanan tambahan terkait larangan ini:

Penitipan barang elektronik

Sama seperti maskapai lain yang memberikan layanan ini, namun layanan ini diberikan kepada semua penumpang yang akan terbang langsung ke Amerika Serikat, baik connecting passengers maupun penumpang lainnya. Barang-barang elektronik akan dimasukkan ke tas khusus yang dikumpulkan dalam kontainer khusus di bagasi.

Peminjaman laptop

Bagi penumpang First Class dan Business Class yang ingin bekerja selama perjalanan dapat meminjam laptop dari maskapai. Penyimpanan data dapat menggunakan USB flashdisk milik penumpang sendiri.

Royal Air Maroc

Maskapai Maroko ini tidak memberikan layanan yang khusus. Saya belum melihat ada pengumuman layanan penitipan barang-barang elektronik bagi connecting passengers, hal ini mungkin dikarenakan tidak banyak penumpang connecting menuju Amerika Serikat yang menggunakan maskapai ini. Namun maskapai ini terlihat mencoba menghibur calon penumpang dengan tweet-tweet berikut:

Selain “Enjoy A Movie”, ada juga “Play Sudoku”, “Have A Good Sleep”, “Do Some Exercises”, namun yang paling berkesan adalah:

Royal Jordanian

Sejak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, Royal Jordanian mempermainkan kekhawatiran akan efek terhadap larangan imigrasi, kunjungan dan lain-lain dengan kampanye media sosial yang cukup nyeleneh. Larangan barang-barang elektronik ini juga mendapatkan reaksi-reaksi yang mirip:

Penambahan jatah bagasi bagi penumpang kelas ekonomi

Royal Jordanian unik dalam aspek ini karena satu-satunya yang memberikan penambahan batas berat bagasi bagi penumpang kelas ekonomi ke semua tujuan di benua Amerika Utara akibat larangan barang-barang elektronik dari Amerika Serikat.

Lomba Puisi #Electronics Ban!

Tidak puas dengan reaksi-reaksi nyeleneh khas Yordania, maskapai ini malah menyelenggarakan lomba puisi terkait larangan ini!

Saudia

Maskapai Saudi Arabia ini cukup bereaksi cepat mengenai larangan barang-barang elektronika  oleh Amerika Serikat dan Inggris.

Penitipan alat-alat elektronika

Melihat kekhawatiran penumpang mengenai keamanan laptop dan tablet jika dimasukkan ke bagasi, Saudia menyelenggarakan layanan penitipan. Uniknya, Saudia hanyalah 1 dari 2 maskapai yang memberikan layanan ini untuk penerbangan ke Inggris, dimana maskapai lainnya hanya memberikan layanan ini untuk penerbangan ke Amerika Serikat saja.

Layanan Internet Gratis

Bedanya dengan layanan wi-fi gratis di maskapai lain terkait larangan barang-barang elektronika, layanan ini diberikan juga kepada penumpang kelas ekonomi.

Turkish Airlines

Maskapai ini bereaksi cukup cepat mengenai larangan oleh Inggris dan Amerika Serikat.

Penitipan barang-barang elektronika

Sama seperti Saudia, layanan penitipan di boarding gate diberikan untuk penerbangan menuju Amerika Serikat dan Inggris. Namun juga dijelaskan bahwa untuk penerbangan ke Inggris, kamera boleh masuk kedalam kabin pesawat. Selain itu, pengumuman Turkish Airlines juga jelas menerangkan bagaimana alat-alat elektronik tersebut dikembalikan ke penumpang di bandara tujuan.

Untuk menenangkan penumpang-penumpang yang khawatir akan keamanan barang-barang elektronik mereka, simak tweet yang satu ini:

Titip barang elektronik anda dan dapatkan wi-fi gratis

Satu layanan lagi yang unik dari Turkish Airlines, yaitu layanan wi-fi gratis tidak terbatas untuk penerbangan ke Amerika Serikat bagi penumpang yang menitipkan laptop/tablet sebelum boarding. Layanan ini juga tersedia bagi penumpang kelas ekonomi.

Bagaimana dengan maskapai-maskapai lain?

Maskapai-maskapai berikut

  • Egyptair
  • Kuwait Airways
  • Middle East Airlines
  • TunisAir
  • Semua maskapai Inggris yang terbang ke negara-negara yang kena larangan barang-barang elektronik oleh Inggris

Tidak mengeluarkan pengumuman khusus atau layanan khusus terkait larangan barang-barang elektronik di kabin pesawat, bahkan beberapa maskapai tidak memberikan pengumuman sama sekali.

Penutup

Dari kontroversi larangan barang elektronik ini, yang paling bikin saya bingung, geleng-geleng kepala, dan mungkin malu sebagai orang penerbangan Indonesia, adalah reaksi di Indonesia, namun saya rasa itu cocok untuk dibahas di artikel tersendiri.

Leave a Reply