MH370 sudah hampir 1 tahun hilang dan diluar perkembangan area pencarian kita tidak begitu banyak mendengar perkembangan² sejak bulan pertama kejadian. Mulai banyak pihak yang menginginkan aircraft tracking dan juga ada yang menginginkan agar isi flight data recorder bisa dikirim melalui satelit begitu ada tanda² kemungkinan akan terjadinya kecelakaan. Diantara ketakutan dan keresahan yang dibuat-buat, ada baiknya kita bertanya, seberapa seringkah pesawat besar (saya menggunakan ‘membawa lebih dari 100 orang’ sebagai batasan) bisa hilang? Jawabannya adalah:

Setiap 52 (limapuluh dua) tahun!

Misteri Flying Tiger Line 739

Persis 2712 minggu sebelum MH370 yang diterbangi pesawat 9M-MRO lepas landas dari Kuala Lumpur terakhir kalinya, sebuah pesawat L-1049 Constellation beregistrasi N6921C milik Flying Tiger Lines lepas landas dari Pangkalan Udara Andersen di Guam menuju ke Pangkalan Udara Clark di Filipina dan kemudian lenyap tanpa jejak. Pesawat membawa 96 penumpang dan 11 awak hilang hingga saat ini dan diasumsi telah meninggal. Penerbangan ini merupakan kejadian pertama dan satu-satunya dalam sejarah dimana pesawat membawa lebih dari 100 orang hilang tanpa jejak, sebelum kejadian MH370. Meskipun penumpangnya adalah anggota militer, penerbangan tersebut adalah penerbangan sipil.

N6918C
Pesawat L-1049 Flying Tiger beregistrasi N6918C mirip dengan yang hilang, terlihat di bandara Gatwick London. (Sumber: RuthAS (cc))

Rute penerbangan FT739 berawal dari Pangkalan Udara Travis di Kalifornia dan berakhir di Saigon, Vietnam Selatan. Penerbangan ini singgal di Honolulu, Wake Island, LanUd Andersen (Guam) dan LanUd Clark (Filipina). Didalam pesawat terdapat 107 orang terdiri dari 11 awak kokpit dan kabin, dan 86 penumpang (83 anggota militer Amerika dan 3 anggota militer Vietnam Selatan). Pesawat lepas landas pada pukul 1257UTC dan diperkirakan akan mendarat di Clark pada pukul 1916UTC. Pesawat membawa bahan bakar yang cukup untuk 9 jam.

N6291C-Path
Rute penerbangan FT739. (Sumber: GCmap)

8 menit setelah lepas landas, awak pesawat mengirim laporan posisi sekitar 280 mil di barat Guam pada pukul 1422UTC, dan memperikarakan akan memberi informasi berikutnya pada pukul 1530UTC. Pihak Guam Flight Service Station mengalami gangguan komunikasi hingga pukul 1539UTC, dimana mereka mencoba menghubungi pesawat namun tidak ada jawaban.

Hilangnya pesawat ini diikuti oleh salah satu operasi pencarian terbesar yang pernah dilakukan oleh militer Amerika Serikat. Setelah 8 hari dan mencari di area seluas 520,000 km², pencarian dihentikan sehingga membuat kasus ini merupakan kejadian pertama pesawat membawa lebih dari 100 orang hilang dan tidak pernah ditemukan.

Sebuah kapal tanker melaporkan melihat cahaya terang di langit seputar estimasi posisi pesawat 90 menit setelah posisi kontak terakhir, diikuti dengan 2 cahaya merah yang jatuh ke laut. Kapal tersebut menuju ke area jatuhnya 2 cahaya tersebut dan melakukan pencarian selama 6 jam namun tidak menemukan apa². Investigasi kecelakaan dilakukan oleh Civil Aeronautics Board (pada tahun tersebut belum ada NTSB) sempat menyimpulkan bahwa awak kapal tanker mungkin melihat pesawat meledak, dan pihak Flying Tigers mendukung hipotesa tersebut. Namun diluar keterangan awak kapal tanker tersebut, tidak ada puing pesawat yang ditemukan dan investigasi kecelakaan diselesaikan tanpa menyebutkan penyebab.

Kesimpulan dari faktor yang relevan cenderung menunjukkan bahwa pesawat itu hancur diudara. Namun , karena tidak adanya alat bukti yang mendukung dapat memastikan hal tersebut, Dewan tidak dapat menyatakan penyebab dengan tingkat kepastian yang cukup mengenai kejadian N6921C .

Civil Aeronautics Board, File No. 1-002

N6921C-LH
N6921C terlihat di bandara Burbank dengan warna Lufthansa. (Sumber: N6921C.com)
Bukti nihil, spekulasi dan teori konspirasi

Dengan tidak adanya kesimpulan yang memuaskan mengenai kasus N6921C, spekulasipun mulai timbul. Walau awak kapal tanker yakin bahwa mereka melihat pesawat N6921C, mereka juga yakin bahwa mereka menyaksikan latihan militer yang gagal dimana pesawat tersebut ditembak jatuh. Kecurigaan mereka ini menguat dengan tidak ada stasiun radio pihak militer Amerika Serikat seputar posisi mereka yang mau menerima panggilan mereka. Teori² lainnya termasuk buruknya keamanan bandara di wilayah AS diluar negeri (eg: Guam) yang memungkinan sebuah pesawat tidak dijaga yang memungkinkan terjadinya aksi sabotase.

Kumpulan cerita² yang terdengar oleh pemilik situs web yang mengenang N6921C memperlihatkan teori² konspirasi yang biasa timbul seputar sebuah misteri. Coba lihat berapa yang mirip dengan apa yang kita pernah lihat/dengar seputar MH370:

“Pilot Angkatan Laut AS menembak jatuh pesawat tersebut. Arming switch persejataanya tidak sengaja berada di posisi “ON” selama latihan – selagi menggunakan pesawat sipil sebagai “Sasaran Latihan”.”

Cukup mirip dengan teori “ditembak jatuh dekat Diego Garcia” bukan?

“Pesawat diambil alih dan dibawa ke Cina oleh oknum agen rahasia di pesawat. Awaknya diinterogasi, disiksa, lalu dibunuh.”

Yang ini mirip dengan teori “diculik lalu dibawa ke Diego Garcia” atau teori “diambil alih dan dibawa ke Baikonur lalu diterbangkan ke tempat lain” milik Jeff yang dia tulis di blognya dan di majalah New York Magazine, dan yang saya kembangkan dalam artikel “apa yang kita bisa pelajari dari teori konspirasi.” Dan yang dibawah ini, ya, ini juga mirip dengan apa yang kita pernah dengar mengenai MH370:

(Seseorang memiliki) “…bukti bahwa pesawat mendarat dengan selamat. Semuanya masih hidup — namun semua diberikan identitas baru.”

Kemungkinan penerbangan anda hilang dan tidak akan pernah ditemukan

MH370 telah mendorong permintaan agar pesawat diharuskan memiliki alat tracking. Kekhawatiran saya dari segi keselamatan bukannya di pesawat² menghilang, tetapi bagaimana lebih mudah mencari pesawat² yang jatuh di tengah laut atau daratan yang jauh dari peradaban. Saya selalu mendorong untuk menggunakan sistem² yang tidak hanya murah tetapi juga efektif, namun dengan dorongan untuk ICAO mengharuskan adanya tracking, saya khawatir dengan ulah mereka² yang menginginkan sistem² yang besar dan canggih (namun kurang aman karena mudah diakses) untuk digunakan untuk layanan tracking ini agar bisa melebihi dari sekedar tracking seperti mengirim isi Flight Data Recorder lewat satelit begitu ada tanda² bahaya di pesawat, namun sepertinya mereka² enggan menjawab pertanyaan bagaimana data bisa dikirim ketika pesawat sedang jungkir balik karena saya yakin tidak ada yang mau investasi antena satelit di sisi bawah perut pesawat. Sistem² yang murah sudah ada yang dijual dimana sistem bisa terus menyala selama sistem power supply pesawat (DC system) menyala, tanpa membutuhkan saklar atau sekring di kokpit atau lokasi lainnya yang bisa diakses selama persawat mengudara, karena sistem² menggunakan daya listrik yang sangat rendah.

Sekarang ada lebih dari 3 milyar orang yang terbang setahun, dengan 37.4 juta penerbangan yang dijadwalkan setiap tahun. Kalau kita menggunakan angka 1 pesawat besar yang hilang setiap 52 tahun, maka kemungkinan penerbangan berjadwal ada bisa lenyap begitu saja adalah sekitar 1 per 9 milyar. Mari kita kembalikan akal sehat ke bagaimana kita berbelanja dan berinvestasi untuk solusi ² aircraft tracking (ya, saya setuju kalau tracking diharuskan) untuk mencegah terulangnya MH370 dan FT739. Tapi ingat…

1 per 9 milyar penerbangan.

Leave a Reply